‘Kuburan’ Para Unicorn: 10 Startup yang Bangkrut, Raksasa yang Dulu Dipuja, Kini Tinggal Nama
Dunia startup teknologi adalah sebuah arena yang gemerlap sekaligus brutal. Setiap hari, kita mendengar kisah-kisah sukses tentang perusahaan rintisan yang berhasil menjadi unicorn bernilai miliaran dolar dalam waktu singkat. Namun, di balik setiap kisah sukses, ada ratusan atau bahkan ribuan cerita kegagalan startup yang bangkrut. Yang lebih menarik lagi adalah kisah para raksasa, para startup yang dulu sempat berada di puncak dunia, dipuja oleh jutaan pengguna, dan diguyur pendanaan tak terbatas, namun kini namanya hanya tersisa sebagai kenangan.
Kisah-kisah startup yang bangkrut atau gagal ini adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga. Ini adalah pengingat yang keras bahwa di dunia teknologi yang pergerakannya secepat kilat, inovasi, popularitas, dan dana besar sekalipun bukanlah jaminan untuk bisa bertahan hidup. Mari kita napak tilas ke “kuburan” para raksasa digital ini dan mempelajari mengapa mereka bisa tumbang.
Pelajaran dari ‘Kuburan’ Teknologi
Sebelum masuk ke daftarnya, penting untuk memahami bahwa kegagalan sebuah startup jarang sekali disebabkan oleh satu faktor tunggal. Biasanya, ini adalah kombinasi mematikan dari beberapa masalah, seperti:
- Model Bisnis yang Tidak Berkelanjutan: Gagal menemukan cara untuk menghasilkan uang.
- Gagal Beradaptasi: Terlalu lambat merespons perubahan tren atau teknologi baru.
- Manajemen yang Buruk: Konflik internal atau keputusan strategis yang salah.
- Kalah Bersaing: Munculnya pesaing baru yang lebih baik atau lebih kuat.
10 Startup Gagal yang Pernah Jadi Raja
Berikut adalah sepuluh nama yang pernah sangat kita kenal, namun kini hanya tinggal sejarah.
1. Vine
- Masa Kejayaan: Vine adalah “bapak” dari TikTok. Diluncurkan pada 2013, platform video 6 detik ini menjadi fenomena budaya global, melahirkan generasi pertama influencer video pendek.
- Mengapa Gagal? Diakuisisi oleh Twitter, Vine gagal untuk berinovasi. Saat Instagram meluncurkan fitur video dan Snapchat semakin populer, Vine tidak mampu bersaing. Mereka juga gagal menciptakan model monetisasi yang jelas bagi para kreatornya, membuat para bintangnya pindah ke platform lain. Vine resmi ditutup pada 2017.
2. Path
- Masa Kejayaan: Path adalah sebuah media sosial yang sangat populer di Indonesia pada masanya. Ia menawarkan konsep yang unik: sebuah jejaring sosial yang lebih privat, di mana jumlah teman dibatasi hanya 150 orang (kemudian 500).
- Mengapa Gagal? Konsep “privasi” yang menjadi kekuatan utamanya justru menjadi kelemahannya. Ia kalah bersaing dengan Instagram dan Facebook yang menawarkan jangkauan yang lebih luas. Path akhirnya menyerah dan ditutup pada 2018.
3. Yik Yak
- Masa Kejayaan: Sebuah aplikasi media sosial anonim berbasis lokasi yang sangat populer di kalangan mahasiswa di Amerika. Pengguna bisa mengunggah “Yaks” (pesan singkat) yang bisa dilihat oleh semua orang dalam radius beberapa kilometer.
- Mengapa Gagal? Sifatnya yang anonim menjadi bumerang. Platform ini dengan cepat berubah menjadi sarang cyberbullying, ujaran kebencian, dan ancaman bom palsu, membuatnya sangat sulit untuk dimoderasi dan akhirnya ditinggalkan.
4. Quibi
- Masa Kejayaan (Singkat): Ini adalah salah satu startup yang bangkrut dengan cara paling spektakuler. Didukung oleh pendanaan miliaran dolar dan para petinggi Hollywood, Quibi diluncurkan pada 2020 dengan konsep ambisius: layanan streaming premium dengan konten-konten berkualitas sinema berdurasi di bawah 10 menit, khusus untuk ditonton di ponsel.
- Mengapa Gagal? Mereka salah membaca pasar. Diluncurkan di tengah pandemi saat semua orang di rumah dan memiliki banyak waktu untuk menonton di layar besar, konsep “konten cepat di perjalanan” menjadi tidak relevan. Harganya yang mahal juga tidak mampu bersaing dengan TikTok (yang gratis) atau Netflix. Quibi bangkrut hanya dalam waktu enam bulan.
5. Theranos
- Masa Kejayaan (Palsu): Theranos adalah sebuah kisah penipuan, bukan sekadar kegagalan bisnis. Didirikan oleh Elizabeth Holmes, startup ini menjanjikan sebuah teknologi revolusioner yang bisa melakukan ratusan tes darah hanya dari beberapa tetes darah dari ujung jari. Mereka berhasil meraih valuasi miliaran dolar.
- Mengapa Gagal? Teknologinya ternyata tidak pernah benar-benar ada. Semuanya adalah kebohongan. Setelah investigasi mendalam dari jurnalis, penipuan ini terbongkar dan menjadi salah satu skandal terbesar dalam sejarah Silicon Valley.
6. Jawbone
- Masa Kejayaan: Sebelum Fitbit atau Apple Watch mendominasi, Jawbone adalah salah satu pionir di dunia wearable fitness tracker dan speaker Bluetooth portabel. Desain produk mereka sangat stylish dan inovatif.
- Mengapa Gagal? Mereka kesulitan dalam proses manufaktur dan kalah bersaing dalam perang harga dengan Fitbit dan kemudian raksasa teknologi seperti Apple. Mereka akhirnya likuidasi pada 2017.
7. Rdio
- Masa Kejayaan: Sebelum Spotify menjadi raja mutlak, Rdio adalah salah satu pesaing utamanya di layanan streaming musik. Banyak yang menganggap desain antarmukanya jauh lebih superior dan bersih dibandingkan Spotify.
- Mengapa Gagal? Mereka gagal bersaing dalam hal kecepatan ekspansi global dan akuisisi pengguna. Kalah dalam “perang bakar uang”, Rdio akhirnya bangkrut dan asetnya diakuisisi oleh Pandora.
8. Essential Phone
- Masa Kejayaan (Hype): Didirikan oleh Andy Rubin, salah satu “bapak” Android, ekspektasi terhadap Essential Phone sangatlah tinggi. Ponsel ini datang dengan desain premium berbahan titanium dan konsep modular.
- Mengapa Gagal? Penjualannya sangat mengecewakan. Harganya yang mahal, masalah pada kamera, dan ekosistem aksesoris modular yang tidak berkembang membuatnya gagal menarik minat konsumen.
9. Friends Reunited
- Masa Kejayaan: Ini adalah salah satu media sosial pertama di Inggris, jauh sebelum Facebook. Tujuannya sederhana: menghubungkan kembali teman-teman sekolah lama.
- Mengapa Gagal? Saat Facebook muncul dengan fitur yang jauh lebih lengkap dan jangkauan global, Friends Reunited tidak mampu beradaptasi dan akhirnya menjadi usang.
10. Pets.com
- Masa Kejayaan: Ikon dari gelembung dot-com bubble pada akhir 90-an. Pets.com adalah e-commerce yang khusus menjual perlengkapan hewan peliharaan. Maskot anjing kaus kakinya sangat terkenal.
- Mengapa Galoppet? Model bisnis mereka tidak masuk akal. Mereka menghabiskan jutaan dolar untuk iklan, namun merugi di setiap penjualan karena biaya pengiriman barang-barang berat seperti makanan anjing ternyata lebih mahal daripada harga produknya sendiri.
Dunia teknologi memang selalu penuh dengan disrupsi. Inovasi baru bisa datang kapan saja dan dari mana saja, bahkan terkadang bisa disalahgunakan, seperti saat penipu memanfaatkan Ringkasan AI Google. Untuk mendapatkan data dan analisis post-mortem yang mendalam mengenai mengapa sebuah startup yang bangkrut, sumber-sumber kredibel seperti CB Insights adalah rujukan utama.
Startup yang Bangkrut: Pelajaran Berharga dari Kegagalan
Pada akhirnya, kisah-kisah startup yang bangkrut ini bukanlah untuk ditertawakan. Setiap kegagalan ini adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi seluruh ekosistem teknologi. Mereka mengajarkan kita tentang pentingnya model bisnis yang solid, kemampuan untuk beradaptasi, dan yang terpenting, menciptakan produk yang benar-benar memecahkan masalah nyata bagi para penggunanya. Di balik setiap nama yang kini tinggal kenangan, ada sebuah ide brilian dan sebuah mimpi besar yang, meskipun gagal, telah ikut membentuk dunia digital yang kita tinggali hari ini.