Dihantam Inflasi, Gen Z & Milenial Justru Optimis Capai Tujuan Keuangan, Kok Bisa?
Dunia saat ini seolah sedang tidak ramah bagi para anak muda. Harga rumah yang tak terjangkau, inflasi yang terus menggerogoti nilai tabungan, dan pasar kerja yang semakin kompetitif menjadi “menu” harian yang harus dihadapi oleh Generasi Z dan Milenial. Secara logika, generasi ini seharusnya menjadi generasi yang paling pesimis dan cemas untuk mencapai tujuan keuangan mereka. Namun, sebuah survei global terbaru menyajikan sebuah temuan yang sangat mengejutkan dan kontradiktif: mereka justru adalah kelompok yang paling optimis.
Meskipun menghadapi “badai” ekonomi yang lebih berat dibandingkan generasi orang tua mereka di usia yang sama, mayoritas Gen Z dan Milenial di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, tetap percaya diri bahwa mereka akan mampu mencapai tujuan keuangan mereka, bahkan menjadi lebih kaya dari generasi sebelumnya. Optimisme yang membara di tengah ketidakpastian ini tentu saja memicu sebuah pertanyaan besar. Apa yang menjadi sumber dari kepercayaan diri mereka? Apakah mereka naif, atau justru mereka memiliki “senjata” rahasia yang tidak dimiliki oleh generasi lain?
Kenyataan Pahit: Badai Ekonomi yang Menghadang
Sebelum membahas alasan optimismenya, kita harus mengakui realita tantangan yang mereka hadapi.
- Biaya Hidup yang Meroket: Inflasi pasca-pandemi membuat harga kebutuhan pokok, sewa tempat tinggal, dan biaya transportasi meningkat tajam.
- Harga Properti yang Tak Terjangkau: Membeli rumah pertama bagi anak muda di kota besar terasa seperti sebuah mimpi yang nyaris mustahil.
- Beban Utang: Banyak dari mereka yang memulai karier dengan beban utang pendidikan (student loan) atau pinjaman konsumtif.
Alasan di Balik Optimisme yang Membara
Lantas, mengapa di tengah semua kesulitan ini mereka tetap optimis? Jawabannya terletak pada pergeseran mindset, akses terhadap teknologi, dan definisi baru dari “sukses”.
1. Demokratisasi Informasi dan Literasi Finansial
Generasi Z dan Milenial adalah generasi pertama yang tumbuh besar dengan akses tak terbatas ke informasi finansial melalui internet. Jika generasi sebelumnya belajar tentang uang hanya dari orang tua atau penasihat keuangan formal, generasi sekarang belajar dari YouTube, TikTok, podcast, dan komunitas online. Mereka jauh lebih melek tentang konsep-konsep seperti investasi saham, reksa dana, kripto, dan pentingnya dana darurat sejak usia yang sangat dini.
2. Kekuatan Side Hustle dan Ekonomi Kreator
Mindset “satu pekerjaan seumur hidup” sudah tidak lagi relevan bagi mereka. Gen Z dan Milenial sangat adaptif dalam mencari sumber penghasilan ganda. Mereka tidak hanya bergantung pada gaji bulanan. Fenomena side hustle atau pekerjaan sampingan telah menjadi hal yang lumrah. Mereka menjadi freelancer, kreator konten, atau membuka toko online kecil-kecilan. Kemampuan untuk menghasilkan uang dari berbagai “keran” ini memberikan mereka rasa kontrol yang lebih besar atas nasib finansial mereka sendiri.
3. Akses Mudah ke Instrumen Investasi
Dulu, investasi saham atau reksa dana adalah dunia yang eksklusif dan rumit. Kini, berkat munculnya berbagai aplikasi fintech, siapa saja bisa mulai berinvestasi hanya dengan Rp 100.000 dari ponsel mereka. Akses yang mudah ke “alat” untuk mengembangkan kekayaan ini menumbuhkan optimisme bahwa mereka bisa mencapai kebebasan finansial, meskipun memulainya dari nominal yang kecil.
4. Pemanfaatan Teknologi untuk Peluang Bisnis
Teknologi tidak hanya digunakan untuk belajar, tetapi juga untuk berbisnis. Lahirnya platform e-commerce dan media sosial telah meruntuhkan penghalang bagi siapa saja untuk memulai bisnis dengan modal minim. Banyak anak muda yang sukses membangun merek mereka sendiri dengan memanfaatkan kekuatan platform-platform ini. Popularitas marketplace yang paling banyak diakses di Indonesia adalah bukti nyata dari besarnya peluang di ekonomi digital ini.
Mendefinisikan Ulang ‘Kekayaan’
Selain faktor-faktor di atas, ada pergeseran filosofis tentang arti dari tujuan keuangan itu sendiri. Bagi banyak Gen Z dan Milenial, “kaya” tidak lagi melulu soal memiliki mobil mewah atau rumah besar. Kekayaan seringkali didefinisikan sebagai:
- Kebebasan (Freedom): Memiliki cukup uang agar bisa bekerja sesuai passion, memiliki fleksibilitas waktu, atau kemampuan untuk traveling.
- Pengalaman (Experience): Mereka lebih memilih untuk menghabiskan uang untuk pengalaman yang berharga (konser, liburan, kursus baru) daripada barang-barang material.
Dengan definisi “kaya” yang lebih fleksibel dan berpusat pada kualitas hidup ini, tujuan keuangan mereka terasa lebih bisa dicapai.
Untuk mendapatkan wawasan dan tips mengenai perencanaan keuangan bagi generasi muda, sumber-sumber kredibel dari media finansial seperti CNBC Indonesia – My Money secara rutin menyediakan konten yang relevan dan praktis.
Mencapai Tujuan Keuangan: Generasi yang Proaktif dan Penuh Harapan
Pada akhirnya, optimisme finansial yang ditunjukkan oleh Generasi Z dan Milenial bukanlah sebuah kenaifan, melainkan sebuah cerminan dari karakter generasi mereka yang proaktif, adaptif, dan melek digital. Mereka mungkin diwarisi dunia dengan tantangan ekonomi yang lebih berat, tetapi mereka juga diwarisi “senjata” teknologi dan akses informasi yang belum pernah ada sebelumnya. Mereka tidak pasrah pada keadaan; mereka secara aktif mencari jalan, menciptakan peluang, dan meredefinisi ulang arti kesuksesan dengan cara mereka sendiri. Di tengah semua pesimisme ekonomi, semangat juang generasi inilah yang justru menjadi harapan terbesar bagi masa depan.