Bottlesmoker Pamer Teknologi Tanaman Bisa Main Musik
Di sebuah sudut pameran seni di Bandung, terdengar alunan musik elektronik yang aneh namun sangat menenangkan. Melodinya tidak terduga, ritmenya organik, seolah-olah musik tersebut memiliki nyawanya sendiri. Namun, saat pengunjung mencari sumber suaranya, mereka tidak menemukan seorang DJ atau musisi yang sedang memainkan synthesizer. Sebaliknya, mata mereka tertuju pada beberapa tanaman hias dalam pot yang terhubung dengan kabel-kabel dan sebuah perangkat aneh. Ya, sang musisi malam itu adalah para tanaman itu sendiri. Bagaimana cara tanaman bisa main musik?
Ini bukanlah adegan dari film fiksi ilmiah. Ini adalah proyek terbaru dari duo musisi elektronik jenius asal Bandung, Bottlesmoker. Angkuy dan Nobie, dua personel di baliknya, kembali membuat gebrakan dengan memamerkan sebuah teknologi yang memungkinkan tanaman bisa main musik. Proyek yang diberi nama “Plantasia” ini sontak menjadi viral dan memicu kekaguman luas. Ini adalah sebuah persilangan sempurna antara seni, sains, dan alam, yang mengajak kita untuk “mendengarkan” suara kehidupan yang selama ini sunyi. Bagaimana mungkin sebuah tanaman bisa menghasilkan melodi?
Di Balik Sihir: Membedah Teknologi Biodata Sonification
Konsep tanaman bisa main musik ini didasarkan pada sebuah teknologi yang disebut Biodata Sonification. Secara sederhana, ini adalah proses mengubah data biologis dari sebuah organisme hidup menjadi suara atau musik. Setiap organisme hidup, termasuk tanaman, memiliki aktivitas bio-elektrik yang sangat halus. Fluktuasi listrik ini terjadi saat tanaman melakukan proses metabolisme, merespons cahaya, menyerap air, atau bahkan “merasakan” sentuhan.
Bottlesmoker menggunakan sebuah perangkat khusus, sering disebut MIDI Sprout atau perangkat sejenis, yang memiliki dua elektroda. Satu elektroda ditempelkan pada salah satu daun, dan elektroda lainnya ditancapkan ke tanah di dekat akar. Perangkat ini berfungsi seperti alat EKG pada manusia, tetapi untuk tanaman. Ia membaca fluktuasi sinyal listrik yang sangat kecil yang mengalir di permukaan tanaman. Data fluktuasi ini kemudian diterjemahkan menjadi sinyal MIDI (Musical Instrument Digital Interface), yang merupakan bahasa standar untuk instrumen musik digital. Sinyal MIDI inilah yang kemudian dikirim ke synthesizer atau laptop untuk diubah menjadi berbagai macam suara musik—bisa berupa alunan piano, nada synth yang ambient, atau dentingan lonceng. Hasilnya, setiap perubahan biologis di dalam tanaman akan menghasilkan perubahan melodi secara real-time.
Proyek ‘Plantasia’ Bottlesmoker: Orkestra Sunyi dari Alam
Bagi Bottlesmoker, yang sejak lama dikenal dengan gaya musik “toy-tronica” mereka (musik elektronik yang dibuat menggunakan instrumen mainan anak-anak), proyek ini adalah sebuah evolusi alami. Mereka selalu tertarik untuk mengeksplorasi sumber-sumber suara yang tidak konvensional.
Dalam pameran mereka, Angkuy dan Nobie tidak hanya menampilkan satu tanaman. Mereka menciptakan sebuah “orkestra” kecil yang terdiri dari beberapa jenis tanaman yang berbeda, seperti kaktus, monstera, dan lidah buaya. Setiap tanaman dihubungkan ke synthesizer dengan karakter suara yang berbeda. Hasilnya adalah sebuah komposisi musik ambient yang terus berubah dan tidak akan pernah sama. Melodinya terasa organik dan acak, namun tetap memiliki pola yang menenangkan.
“Kami tidak menciptakan musiknya. Kami hanya menciptakan sistemnya. Sang tanamahlah komponisnya,” jelas Angkuy dalam sebuah wawancara. “Setiap tanaman punya ‘suara’ yang berbeda. Kaktus yang tidak butuh banyak air cenderung menghasilkan melodi yang lebih jarang dan minimalis, sementara tanaman yang sedang tumbuh subur mungkin menghasilkan melodi yang lebih rapat dan kompleks. Ini adalah cara kami untuk berkolaborasi dengan alam.”
Lebih dari Sekadar Proyek Seni: Refleksi Hubungan Manusia dan Teknologi
Proyek yang membuat tanaman bisa main musik ini lebih dari sekadar sebuah pertunjukan teknologi yang keren. Ia membawa sebuah pesan filosofis yang mendalam tentang hubungan antara manusia, alam, dan teknologi. Di era di mana teknologi, terutama AI, seringkali dilihat sebagai sesuatu yang bisa menggantikan peran manusia, proyek Bottlesmoker justru menunjukkan sebuah skenario yang berbeda: teknologi sebagai jembatan.
Teknologi di sini tidak menggantikan alam, melainkan menjadi “penerjemah” yang memungkinkan kita untuk mengakses dan mengapresiasi proses kehidupan yang selama ini tidak bisa kita dengar. Ini adalah sebuah pengingat bahwa di balik dunia yang kita lihat, ada sebuah jaringan kehidupan yang kompleks dan penuh dengan aktivitas. Kemampuan untuk berinovasi dan menemukan cara-cara baru untuk berinteraksi dengan dunia, baik itu dunia alam maupun dunia kerja, adalah kunci di era sekarang. Di saat banyak orang khawatir pekerjaannya akan digantikan oleh AI, ada juga sisi lain di mana teknologi justru membuka peluang baru, seperti yang dibahas dalam panduan tentang cara cepat dapat kerja menggunakan tools AI, yang menunjukkan bahwa kolaborasi dengan teknologi adalah jalan ke depan.
Proyek inovatif yang menggabungkan seni dan sains ini seringkali menjadi sorotan media budaya dan teknologi. Liputan mendalam tentang proyek-proyek serupa di seluruh dunia bisa ditemukan di platform-platform kredibel seperti VICE – Motherboard, yang secara konsisten mengeksplorasi persimpangan unik antara kreativitas manusia dan kemajuan teknologi.
Tanaman bisa Main Musik: Mendengarkan Suara yang Tak Terdengar
Pada akhirnya, proyek tanaman bisa main musik dari Bottlesmoker adalah sebuah pengalaman yang puitis. Ini mengajak kita untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk kehidupan dan mencoba mendengarkan suara-suara yang lebih halus dan fundamental. Ini membuktikan bahwa musik bisa datang dari sumber yang paling tidak terduga sekalipun, dan bahwa teknologi, jika digunakan dengan niat yang benar, bisa memperdalam koneksi kita dengan alam, bukan menjauhkannya. Setelah menyaksikan proyek ini, Anda mungkin tidak akan pernah lagi memandang pot tanaman di sudut ruangan Anda dengan cara yang sama. Siapa tahu, di dalam keheningannya, ia sedang menggubah sebuah mahakarya.