Benarkan Bumi Berotasi Lebih Cepat, Para Pakar Bicara Soal Pemicunya
Di tengah kesibukan kita menjalani hari demi hari, ada sebuah fenomena luar biasa yang terjadi pada planet yang kita pijak, namun tidak kita sadari. Planet Bumi, yang selama miliaran tahun rotasinya cenderung melambat, kini secara misterius justru sedang “ngebut”. Ya, Bumi berotasi lebih cepat pada porosnya dibandingkan beberapa dekade lalu. Akibatnya, beberapa hari dalam beberapa tahun terakhir tercatat sebagai hari terpendek sejak pencatatan waktu modern dimulai.
Ini bukanlah isapan jempol atau teori konspirasi. Ini adalah data yang terekam oleh jam-jam atom paling presisi di dunia. Meskipun perbedaannya hanya dalam hitungan milidetik—tidak akan membuat Anda terlambat ke kantor—fenomena ini memiliki implikasi besar bagi sistem teknologi global yang mengatur hidup kita. Para pakar geofisika di seluruh dunia pun bekerja keras untuk mencari tahu “biang kerok” di balik percepatan yang membingungkan ini. Apa saja pemicu utamanya?
Bukan Sekadar Angka: Bukti dan Data di Balik Bumi Berotasi Lebih Cepat
Bagaimana kita tahu Bumi berotasi lebih cepat? Jawabannya terletak pada jam atom, perangkat pencatat waktu paling akurat yang pernah dibuat manusia. Waktu yang diukur oleh jam atom ini (disebut Waktu Universal Terkoordinasi atau UTC) kemudian dibandingkan dengan waktu astronomis, yang didasarkan pada rotasi Bumi terhadap benda-benda langit. Selama puluhan tahun, rotasi Bumi selalu sedikit lebih lambat dari 24 jam, sehingga kita sesekali perlu menambahkan “detik kabisat” (leap second) agar jam kita tetap sinkron.
Namun, sejak sekitar tahun 2020, trennya berbalik. Para ilmuwan menemukan bahwa Bumi kini seringkali menyelesaikan satu putaran dalam waktu kurang dari 24 jam. Misalnya, pada 29 Juni 2022, Bumi mencatatkan rekor hari terpendeknya, 1,59 milidetik lebih cepat. Tren ini, yang terus berlanjut hingga tahun 2025, menunjukkan adanya perubahan fundamental pada dinamika planet kita, yang memaksa para ilmuwan untuk memikirkan ulang cara kita mengukur waktu itu sendiri.
Mencari ‘Biang Kerok’: Tiga Teori Utama dari Para Pakar Geofisika
Penyebab mengapa Bumi berotasi lebih cepat tidaklah tunggal. Para pakar meyakini ini adalah hasil dari kombinasi beberapa faktor kompleks yang terjadi di dalam dan di permukaan planet.
1. Pencairan Es di Kutub & ‘Efek Penari Balet’ Teori ini adalah kandidat terkuat dan memiliki kaitan langsung dengan perubahan iklim. Analogi terbaik untuk memahaminya adalah seorang penari balet yang sedang berputar. Saat ia merentangkan tangannya, putarannya melambat. Ketika ia menarik tangannya mendekat ke tubuhnya, putarannya menjadi sangat cepat. Hal yang sama terjadi pada Bumi. Planet kita tidaklah bulat sempurna, melainkan sedikit pepat (gepeng) di kutub dan menggembung di ekuator. Saat lapisan es raksasa di Greenland dan Antartika mencair, massa air yang sangat besar berpindah dari kutub menuju ekuator. Pergeseran massa ini secara efektif membuat Bumi menjadi sedikit lebih “ramping” di kutub dan lebih “padat” di pusat, mirip seperti sang penari yang menarik tangannya. Hasilnya, sesuai hukum kekekalan momentum sudut, rotasi planet kita pun sedikit mempercepat.
2. ‘Gejolak’ di Jantung Planet: Dinamika Inti Bumi Jauh di bawah kaki kita, ada inti luar Bumi yang terdiri dari lautan besi cair panas yang terus bergejolak, mengelilingi inti dalam yang padat. Pergerakan dan aliran di dalam inti cair ini tidak selalu berjalan mulus dan sinkron dengan lapisan mantel di atasnya. Para ilmuwan berteori bahwa perubahan dalam aliran fluida di inti Bumi ini dapat mengubah cara inti dan mantel “berinteraksi”. Perlambatan atau percepatan aliran di dalam inti ini bisa ditransfer ke lapisan luar, yang pada akhirnya memengaruhi kecepatan putaran Bumi yang kita rasakan di permukaan.
3. ‘Goyangan’ Chandler yang Mereda (Chandler Wobble) Bumi tidak berputar dengan sumbu yang sempurna dan kaku. Ia memiliki sedikit “goyangan” alami yang disebut Chandler Wobble, dengan siklus sekitar 14 bulan. Ini seperti gasing yang sedikit oleng saat berputar. Selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan mengamati bahwa amplitudo atau besarnya goyangan ini secara misterius telah berkurang. Sebuah planet yang lebih stabil dan tidak terlalu “oleng” secara teori dapat berputar dengan lebih konsisten dan sedikit lebih cepat.
Koneksi Kosmik dan Terestrial: Hubungan yang Rumit Antar Fenomena Alam
Fenomena Bumi berotasi lebih cepat ini menjadi pengingat yang kuat bahwa planet kita adalah sebuah sistem yang sangat kompleks dan saling terhubung. Apa yang terjadi di atmosfer, lautan, lapisan es, hingga inti Bumi semuanya saling memengaruhi dalam sebuah tarian geofisika yang rumit.
Aktivitas di Matahari, misalnya, bisa memicu badai antariksa dahsyat yang memengaruhi atmosfer dan medan magnet kita. Di sisi lain, perubahan iklim di permukaan Bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat mencairkan es di kutub, yang pada gilirannya mengubah cara planet ini berputar. Ini menunjukkan betapa rumit dan rapuhnya keseimbangan alam, di mana perubahan di satu bagian sistem dapat memicu efek tak terduga di bagian lain. Memahami koneksi ini menjadi sangat penting untuk memprediksi masa depan planet kita.
Efek Tak Terduga Bumi Berotasi Lebih Cepat: Dari ‘Detik Kabisat Negatif’ hingga Sistem GPS
Percepatan rotasi ini, meskipun hanya dalam skala milidetik, membawa konsekuensi nyata bagi dunia teknologi kita. Masalah terbesarnya adalah potensi diperkenalkannya “detik kabisat negatif” untuk pertama kalinya dalam sejarah. Jika sebelumnya kita terbiasa menambahkan satu detik pada waktu dunia untuk mengejar rotasi Bumi yang melambat, kini kita mungkin harus mengurangi satu detik.
Ide untuk membuat waktu melompat mundur, bahkan hanya sedetik (misalnya dari 23:59:58 langsung ke 00:00:00, melewati 23:59:59), adalah mimpi buruk bagi para insinyur perangkat lunak. Banyak sistem komputer, server internet, dan pasar saham global tidak dirancang untuk menangani anomali ini dan berisiko mengalami crash atau korupsi data. Selain itu, sistem navigasi satelit seperti GPS bergantung pada sinkronisasi waktu yang sangat presisi antara jam atom di satelit dan di Bumi. Perbedaan yang terus terakumulasi antara waktu atomik dan waktu rotasi Bumi dapat menyebabkan kesalahan penentuan posisi yang, meskipun kecil, bisa menjadi kritis untuk aplikasi tertentu. Perdebatan mengenai penanganan ‘detik kabisat negatif’ ini menjadi topik serius. Media sains terkemuka seperti Scientific American (https://www.scientificamerican.com/search/?q=leap%20second) telah memuat berbagai artikel yang membahas potensi kekacauan pada sistem komputasi global jika satu detik dihilangkan dari waktu universal.
Planet yang Berdenyut dan Waktu yang Berubah
Fenomena Bumi berotasi lebih cepat adalah sebuah teka-teki ilmiah yang mempesona. Ini adalah bukti bahwa planet yang kita huni bukanlah sebuah bola batu yang statis, melainkan sebuah organisme hidup yang dinamis dengan denyut jantung geologisnya sendiri. Kemungkinan bahwa aktivitas manusia melalui perubahan iklim menjadi salah satu pemicunya juga menjadi sebuah refleksi yang mendalam. Di tengah upaya kita untuk mengukur waktu hingga ke level nanodetik, Bumi seolah mengingatkan kita bahwa pada akhirnya, ia memiliki ritmenya sendiri. Dan saat ini, ritme itu sedang berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.