Home > Berita Viral > CEO Perplexity AI: Pekerjaan Ini Bisa Digantikan AI dalam

CEO Perplexity AI: Pekerjaan Ini Bisa Digantikan AI dalam

///
Comments are Off

Perplexity AI Bisa Gantikan Dua Pekerjaan Ini 

Sebuah pernyataan yang tajam dan sedikit mengkhawatirkan datang dari salah satu pusat revolusi AI saat ini. Aravind Srinivas, CEO dari Perplexity AI—mesin penjawab (answer engine) yang digadang-gadang sebagai pesaing serius Google—membuat sebuah prediksi yang sangat berani. Dalam sebuah wawancara di sebuah panggung teknologi besar, ia menyebutkan bahwa ada setidaknya dua jenis pekerjaan yang digantikan AI atau setidaknya perannya akan terdisrupsi secara masif hanya dalam waktu enam bulan ke depan.

Prediksi ini bukan lagi sekadar wacana teoretis tentang masa depan yang jauh. Ini adalah sebuah peringatan jangka pendek yang datang dari pemimpin perusahaan yang berada di garis depan pengembangan teknologi AI. Pernyataannya sontak memicu perdebatan sengit tentang kecepatan adopsi AI dan dampaknya yang tak terhindarkan pada pasar tenaga kerja. Pekerjaan apa sajakah yang berada di “garis bidik” AI, dan apa arti dari prediksi ini bagi kita semua?

 

Pabrik Jawaban dan Efisiensi Brutal AI

Sebelum membahas dua pekerjaan tersebut, kita perlu memahami mengapa pernyataan ini datang dari CEO Perplexity AI. Berbeda dengan mesin pencari tradisional yang hanya memberikan Anda daftar tautan, Perplexity AI berfungsi sebagai “mesin penjawab”. Ia secara langsung membaca, merangkum, dan memberikan jawaban yang komprehensif lengkap dengan sumbernya. Kemampuannya untuk mensintesis informasi dari puluhan sumber dalam hitungan detik inilah yang menjadi dasar dari prediksinya. Srinivas melihat secara langsung bagaimana AI mampu melakukan tugas-tugas yang berbasis pada pengumpulan dan pengolahan informasi dengan kecepatan dan efisiensi yang mustahil disaingi oleh manusia.

 

Dua Pekerjaan di Ujung Tanduk Menurut Aravind Srinivas

Berdasarkan kemampuannya, Srinivas menunjuk dua peran spesifik yang menurutnya paling rentan.

 

1. Analis Riset Junior / Entry-Level Research Analyst

 

  • Tugas Tradisional: Seorang analis riset junior biasanya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan tugas-tugas dasar: mengumpulkan data dari berbagai sumber, membaca laporan-laporan panjang, mencari artikel berita yang relevan, dan kemudian menyusunnya menjadi sebuah ringkasan awal atau laporan untuk diolah lebih lanjut oleh analis senior.
  • Bagaimana AI Menggantikannya: Semua tugas ini adalah “makanan empuk” bagi AI seperti Perplexity. AI bisa “membaca” ribuan dokumen dalam satu menit, mengidentifikasi tren, merangkum poin-poin kunci, dan menyajikannya dalam format yang terstruktur. Tugas yang mungkin membutuhkan waktu berhari-hari bagi seorang analis junior, bisa diselesaikan oleh AI dalam hitungan menit. Peran analis senior yang membutuhkan pemikiran kritis, strategi, dan intuisi memang masih aman, tetapi pekerjaan level pemula yang bersifat repetitif dalam pengumpulan data kini berada dalam ancaman serius.

 

2. Penerjemah Dokumen Umum / General Document Translator

  • Tugas Tradisional: Menerjemahkan dokumen-dokumen yang tidak memerlukan nuansa sastra atau konteks budaya yang sangat mendalam, seperti dokumen hukum standar, manual produk, laporan bisnis, atau artikel berita umum.
  • Bagaimana AI Menggantikannya: Teknologi Neural Machine Translation (NMT) yang menjadi dasar dari Google Translate dan layanan AI lainnya telah mencapai tingkat akurasi yang sangat tinggi, terutama untuk pasangan bahasa yang umum. Untuk dokumen-dokumen umum, AI kini mampu menghasilkan terjemahan yang 95-99% akurat dalam waktu sepersekian detik dan dengan biaya yang jauh lebih murah. Peran penerjemah manusia mungkin akan bergeser menjadi “editor” atau post-editor yang hanya memeriksa dan memperbaiki hasil terjemahan mesin, bukan lagi menerjemahkan dari nol. Kebutuhan untuk penerjemah sastra, puisi, atau diplomasi tingkat tinggi yang butuh pemahaman nuansa mendalam memang masih ada, tetapi volume pekerjaan untuk terjemahan umum diprediksi akan anjlok.

 

Paradoks di Dunia Kerja: AI Mengancam, AI Membantu

Prediksi tentang pekerjaan yang digantikan AI ini menciptakan sebuah paradoks yang menarik. Di satu sisi, AI menjadi ancaman bagi beberapa jenis pekerjaan. Namun, di sisi lain, AI justru menjadi alat bantu paling kuat bagi para pencari kerja. Ironisnya, untuk bisa bersaing di era baru ini, para pencari kerja justru harus mahir menggunakan AI.

Pernyataan Srinivas ini seolah menjadi pengingat bahwa kita harus beradaptasi dengan cepat. Kini, kemampuan untuk menggunakan AI secara efektif adalah sebuah skill baru yang sangat dicari. Bagi Anda yang sedang mencari kerja, memanfaatkan AI bukan lagi sebuah pilihan, melainkan keharusan. Seperti yang dibahas dalam panduan tentang cara cepat dapat kerja menggunakan tools AI, AI bisa membantu mulai dari membuat CV yang lolos sistem ATS hingga berlatih wawancara. Ini menunjukkan bahwa mereka yang merangkul teknologi inilah yang akan bertahan dan berhasil.

 

Bukan ‘Digantikan’, Tapi ‘Bertransformasi’

Penting untuk melihat prediksi ini dengan perspektif yang seimbang. Banyak pakar lain yang berpendapat bahwa AI tidak akan “menggantikan” pekerjaan secara total, melainkan akan “mentransformasi”-nya. Seorang analis riset junior mungkin tidak akan lagi menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan data secara manual. Sebaliknya, ia akan menjadi “operator” AI yang mahir, bertugas untuk memberikan prompt yang tepat, memverifikasi hasil dari AI, dan menggunakan waktu luangnya untuk melakukan analisis yang lebih dalam.

Peranannya akan bergeser dari “pengumpul data” menjadi “analis data” yang sesungguhnya sejak hari pertama. Demikian pula dengan penerjemah, perannya akan bergeser dari “penerjemah” menjadi “ahli bahasa dan budaya” yang memastikan hasil terjemahan mesin memiliki konteks dan nuansa yang tepat. Namun, tak bisa dipungkiri, transisi ini akan menuntut peningkatan skill (upskilling) secara masif. Laporan dari media bisnis dan teknologi terkemuka seperti MIT Technology Review secara konsisten membahas bagaimana revolusi AI akan menciptakan permintaan besar bagi pekerja yang memiliki skill kolaborasi manusia-mesin.

 

Perplexity AI: Era Baru Kolaborasi Manusia-Mesin

 

Pada akhirnya, pernyataan dari CEO Perplexity AI adalah sebuah lonceng peringatan yang harus kita dengar dengan saksama. Percepatan revolusi AI berarti bahwa beberapa pekerjaan yang digantikan AI, atau setidaknya ditransformasi olehnya, akan terjadi lebih cepat dari yang kita duga. Ini bukanlah sebuah kiamat pekerjaan, melainkan sebuah restrukturisasi besar-besaran. Bagi para profesional muda dan calon pencari kerja, pesannya sangat jelas: jangan melawan arus, tetapi belajarlah untuk berselancar di atasnya. Fokuslah untuk membangun skill yang tidak bisa ditiru oleh AI—pemikiran kritis, kreativitas, empati, dan kecerdasan emosional. Masa depan dunia kerja bukanlah tentang manusia melawan mesin, melainkan tentang manusia yang paling mahir berkolaborasi dengan mesin.

You may also like
Terungkap! AWS Pemesan Chip Samsung Senilai Rp 270 Triliun
Upin Ipin Universe Dikecam, Warga Malaysia Serukan Boikot
Perusahaan Ratusan Tahun Bangkrut karena Password Mudah Ditebak
Kronologi Allianz Life Dihack, Data 1,4 Juta Nasabah Bocor?