Home > Berita Viral > Google Siapkan Pengganti Android, Ini Visi di Baliknya

Google Siapkan Pengganti Android, Ini Visi di Baliknya

///
Comments are Off

Benarkah Pengganti Android Segera Tiba? 

Android adalah sebuah anomali dalam sejarah teknologi. Sistem operasi yang awalnya dirancang untuk kamera digital ini telah berevolusi menjadi penguasa absolut dunia seluler, berjalan di miliaran perangkat di seluruh dunia. Dominasinya terasa begitu total dan tak tergoyahkan. Namun, di tengah kejayaan tersebut, sebuah pertanyaan yang terdengar mustahil mulai berembus dari markas besar Google sendiri: Apa yang akan terjadi setelah ada pengganti Android?

Dalam sebuah konferensi teknologi di pertengahan tahun 2025, salah satu petinggi Google yang bertanggung jawab atas Android memberikan sebuah pernyataan yang menggemparkan. Ia memberi sinyal bahwa perusahaan kini secara serius sedang membangun fondasi untuk era komputasi berikutnya, sebuah era yang membutuhkan sistem operasi yang dibangun dari nol. Ini adalah sinyal terkuat hingga saat ini bahwa Google sedang mempersiapkan kedatangan sang pengganti Android. Ini bukan lagi sekadar proyek eksperimental; ini adalah sebuah visi masa depan.

 

Pernyataan Mengejutkan dari Petinggi Google: Era Pasca-Android Telah Dimulai

Dalam sesi wawancaranya, sang eksekutif Google tidak secara eksplisit mengatakan “Android akan mati”. Namun, pesannya tersirat dengan sangat jelas. “Android telah melayani dunia dengan sangat baik selama lebih dari 15 tahun,” ujarnya. “Namun, saat kita bergerak maju ke era ambient computing dan AI yang meresap ke semua perangkat, kami percaya sebuah fondasi baru yang lebih aman, lebih mudah beradaptasi, dan lebih efisien sangatlah dibutuhkan. Dan kami sedang membangun fondasi itu sekarang.”

Bagi para pengamat teknologi, “fondasi baru” yang ia maksud sudah menjadi rahasia umum: sebuah proyek sistem operasi misterius yang telah dikembangkan Google selama bertahun-tahun bernama Fuchsia OS. Pernyataan ini adalah pengakuan tidak langsung bahwa fokus jangka panjang Google kini mulai bergeser. Era pengembangan Android sebagai platform masa depan mungkin akan segera berakhir, digantikan oleh sebuah visi yang jauh lebih ambisius.

 

Mengapa Butuh Pengganti Android? ‘Utang Teknis’ dan Visi Masa Depan

Mengapa Google ingin mengganti “angsa bertelur emas” mereka? Jawabannya terletak pada sebuah konsep dalam dunia perangkat lunak yang disebut “utang teknis” (technical debt).

Android dibangun di atas kernel Linux pada akhir tahun 2000-an, sebuah era di mana dunia komputasi masih berpusat pada ponsel dengan satu layar. Selama 15 tahun, sistem operasi ini terus ditambal, dimodifikasi, dan diperbarui untuk bisa berjalan di berbagai jenis perangkat, dari jam tangan hingga televisi. Tumpukan “tambalan” ini menciptakan banyak kode usang yang membuat sistem menjadi lebih berat, lebih rentan terhadap ancaman keamanan, dan yang paling penting, sangat sulit untuk diperbarui secara seragam di miliaran perangkat yang berbeda (masalah “fragmentasi”).

Selain itu, Android tidak dirancang dari awal untuk dunia modern yang kita tuju: sebuah dunia di mana AI menjadi intinya, dan kita dikelilingi oleh puluhan perangkat pintar yang saling terhubung (Internet of Things/IoT). Google tidak menginginkan OS untuk ponsel, OS untuk jam tangan, dan OS untuk mobil. Mereka menginginkan satu OS fundamental yang bisa menjalankan semuanya. Itulah mengapa sang pengganti Android harus lahir.

 

Kenalan dengan Fuchsia OS: Fondasi Baru untuk Dunia yang Terhubung

Inilah Fuchsia OS, proyek ambisius Google untuk masa depan. Berbeda dengan Android atau ChromeOS yang berbasis Linux, Fuchsia dibangun di atas sebuah kernel baru yang dibuat dari nol oleh Google, bernama Zircon.

Perbedaan teknis utamanya terletak pada arsitektur “microkernel”. Analogi sederhananya: jika kernel monolitik seperti Linux pada Android adalah sebuah mesin raksasa yang rumit di mana jika satu komponen kecil rusak bisa membuat seluruh mesin berhenti, maka microkernel seperti Zircon adalah sekumpulan mesin-mesin kecil yang lebih independen dan fokus pada tugasnya masing-masing. Arsitektur ini secara teori menawarkan beberapa keunggulan luar biasa:

  • Keamanan yang Lebih Tinggi: Setiap bagian sistem lebih terisolasi, sehingga lebih sulit bagi peretas untuk mengambil alih seluruh sistem.
  • Kemudahan Pembaruan: Google bisa memperbarui satu “mesin kecil” (komponen) tanpa harus mengganggu seluruh sistem operasi. Ini akan mengatasi masalah fragmentasi yang menghantui Android.
  • Skalabilitas: Fuchsia dirancang sejak awal untuk bisa berjalan di perangkat apa pun, mulai dari sensor IoT kecil yang tidak punya layar, hingga smartphone, laptop, bahkan sistem augmented reality yang kompleks.

 

Apa Artinya Ini Bagi Kita? Transisi yang Mulus (dan Mungkin Tak Terasa)

Kabar tentang pengganti Android mungkin terdengar menakutkan. Apakah kita harus membeli perangkat baru? Apakah semua aplikasi favorit kita akan hilang? Tenang, Google sudah memikirkan ini. Transisi dari Android ke Fuchsia diprediksi akan berjalan sangat lambat dan mulus, mungkin selama satu dekade ke depan.

Kunci utamanya adalah Fuchsia dirancang untuk bisa menjalankan aplikasi Android secara native. Artinya, semua aplikasi yang ada di Play Store saat ini akan tetap bisa berjalan di perangkat berbasis Fuchsia. Bagi pengguna awam, perpindahan ini mungkin hanya akan terasa seperti sebuah pembaruan Android besar-besaran. Anda mungkin tidak akan sadar bahwa “mesin” di bawahnya sudah berganti total. Google sangat sadar bahwa kekuatan terbesar mereka adalah basis pengguna yang masif. Alasan kenapa pengguna iPhone kalah jauh dari Android adalah karena ekosistemnya yang terbuka dan menjangkau miliaran orang. Oleh karena itu, memastikan transisi ke Fuchsia berjalan mulus tanpa mengorbankan jutaan aplikasi yang ada adalah prioritas nomor satu mereka. Proyek Fuchsia ini bukanlah hal baru. Media teknologi yang fokus pada Google, seperti 9to5Google (https://9to5google.com/guides/fuchsia/), telah secara konsisten meliput setiap perkembangan dari proyek ambisius ini selama bertahun-tahun.

 

Android Tidak Mati, Tapi Terus Berevolusi

Pada akhirnya, narasi tentang Fuchsia sebagai pengganti Android mungkin kurang tepat. Ini lebih seperti sebuah evolusi. Google tidak sedang “membunuh” Android; mereka sedang membangun sebuah rumah baru yang lebih modern, aman, dan siap untuk masa depan, lalu secara perlahan akan memindahkan semua “perabotan” (aplikasi dan pengguna) dari rumah lama ke rumah baru tersebut. Kita mungkin tidak akan melihat tombol “Install Fuchsia OS” dalam waktu dekat. Namun, di balik layar, fondasi untuk 20 tahun ke depan dalam dunia komputasi personal sedang dibangun. Dan perlahan tapi pasti, DNA dari sistem operasi masa depan ini akan mulai meresap ke dalam perangkat-perangkat yang kita gunakan setiap hari.

You may also like
Ingin Gampang Cepat Dapat Kerja? Coba 7 Tools AI Terbaik Ini!
Waspadai Potensi Bencana Hidrometeorologi di Musim Kemarau
Bumi Berotasi Lebih Cepat, Ini 3 Pemicu Utamanya Kata Pakar
Badai Antariksa Ancam Bumi, Ini Dampak Seriusnya Menurut Pakar