Fenomena Aneh di Tokyo: Saat Warga Negara Maju Justru Cinta iPhone Jadul
Tokyo adalah sebuah paradoks yang memukau. Di satu sisi, ia adalah etalase masa depan—kota yang dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit futuristis. Banyak kereta super cepat, dan inovasi teknologi terbaru di Tokyo. Namun, jika Anda berjalan-jalan di Shinjuku atau Shibuya dan memperhatikan gawai yang ada di genggaman para warganya, Anda mungkin akan kaget. Pemandangan yang aneh dan tak terduga dari kota metropolitan ini. Di tengah gempuran model-model smartphone terbaru, ternyata masih sangat banyak warga Tokyo yang setia menggunakan iPhone jadul.
Pemandangan iPhone 8, iPhone SE generasi kedua, atau bahkan iPhone 7 yang masih mulus terawat bukanlah sebuah kelangkaan. Fenomena ini tentu saja sangat kontras dengan citra Jepang sebagai negara yang melek teknologi. Di saat di banyak negara lain memiliki ponsel terbaru adalah sebuah simbol status, mengapa di salah satu kota termodern di dunia, banyak warganya yang justru merasa nyaman dengan teknologi “ketinggalan zaman”? Jawabannya ternyata terletak pada perpaduan unik antara pragmatisme, kondisi ekonomi, dan nilai-nilai budaya yang mengakar kuat.
Alasan #1: Filosofi ‘Cukup Itu Cukup’ (The “Good Enough” Factor)
Alasan pertama dan yang paling mendasar adalah pragmatisme. Bagi sebagian besar pengguna di Jepang, fungsi utama sebuah ponsel adalah untuk komunikasi (menggunakan aplikasi seperti Line), transaksi digital, dan browsing ringan. Untuk semua tugas tersebut, sebuah iPhone jadul seperti iPhone SE atau iPhone 8 yang masih mendapatkan pembaruan iOS terbaru sudah lebih dari cukup.
Perangkat-perangkat ini masih bisa menjalankan semua aplikasi esensial dengan lancar. Kameranya mungkin tidak secanggih model Pro terbaru, tetapi masih sangat bagus untuk penggunaan media sosial sehari-hari. Selama perangkat tersebut masih berfungsi dengan baik dan bisa diandalkan, tidak ada alasan mendesak bagi mereka untuk melakukan upgrade. Mereka tidak mudah tergiur oleh gimmick marketing dari model-model terbaru yang perubahannya seringkali hanya bersifat inkremental.
Alasan #2: Faktor Ekonomi dan Harga yang ‘Tidak Masuk Akal’
Meskipun Jepang adalah negara maju, faktor ekonomi tetap menjadi pertimbangan utama. Harga smartphone flagship terbaru kini telah mencapai level yang dianggap “tidak masuk akal” oleh banyak konsumen.
- Harga iPhone Terbaru yang Mahal: Harga iPhone model terbaru di Jepang, meskipun termasuk salah satu yang termurah di dunia, tetaplah sebuah pengeluaran yang sangat besar.
- Prioritas Finansial: Konsumen di Jepang dikenal sangat bijaksana dalam mengelola keuangan. Daripada menghabiskan lebih dari seribu dolar untuk ponsel baru yang peningkatannya tidak signifikan, mereka lebih memilih untuk mengalokasikan dana tersebut untuk hal-hal lain yang dianggap lebih penting, seperti tabungan, investasi, atau hobi.
Alasan #3: Budaya ‘Mottainai’ dan Pasar Barang Bekas yang Kuat
Inilah faktor budaya yang paling unik. Masyarakat Jepang memiliki sebuah konsep mendarah daging yang disebut “Mottainai” (もったいない). Secara kasar, ini bisa diartikan sebagai “jangan boros” atau sebuah penyesalan mendalam terhadap segala bentuk pemborosan. Membuang atau mengganti sebuah barang yang masih berfungsi dengan sangat baik dianggap sebagai sebuah tindakan yang tercela.
Filosofi “Mottainai” ini mendorong dua hal:
- Merawat Barang dengan Sangat Baik: Orang Jepang dikenal sangat apik dalam merawat barang-barang mereka, termasuk ponsel. Inilah mengapa iPhone-iPhone lawas di sana seringkali masih terlihat dalam kondisi yang sangat mulus.
- Pasar Barang Bekas yang Subur: Konsep ini juga menumbuhkan pasar barang bekas (second-hand) yang sangat besar, terorganisir, dan tepercaya. Toko-toko seperti Book Off atau Sofmap menjual iPhone jadul bekas dengan kondisi yang terjamin dan harga yang sangat menarik, menjadikannya pilihan yang sangat populer bagi pelajar atau mereka yang memiliki anggaran terbatas.
Alasan #4: Dominasi Ekosistem Apple dan Dukungan Jangka Panjang
Alasan mengapa iPhone jadul yang bertahan, dan bukan ponsel Android jadul, adalah karena kekuatan ekosistem Apple. Apple dikenal memberikan dukungan pembaruan sistem operasi (iOS) untuk perangkat-perangkat lamanya selama bertahun-tahun (biasanya 5-7 tahun). Ini berarti, seorang pengguna iPhone 8 yang dirilis bertahun-tahun lalu pun hingga beberapa waktu lalu masih bisa menikmati fitur-fitur keamanan dan perangkat lunak terbaru. Dukungan jangka panjang inilah yang membuat iPhone lawas tetap terasa relevan dan aman untuk digunakan, sesuatu yang seringkali tidak bisa ditandingi oleh banyak ponsel Android.
Budaya Pakai iPhone Jadul: Pelajaran Pragmatisme dari Negeri Matahari Terbit
Pada akhirnya, fenomena warga Tokyo yang masih setia dengan iPhone jadul adalah sebuah pelajaran yang sangat menarik tentang konsumerisme yang cerdas dan pragmatis. Ini adalah sebuah antitesis dari budaya “ganti HP setiap tahun” yang seringkali kita lihat di tempat lain. Ini menunjukkan bahwa yang terpenting bukanlah memiliki yang terbaru, melainkan memiliki sesuatu yang berfungsi dengan baik dan memenuhi kebutuhan. Kisah dari Tokyo ini mengajarkan kita untuk lebih menghargai barang yang kita miliki, merawatnya dengan baik, dan berpikir dua kali sebelum terjerumus ke dalam siklus konsumerisme yang tak perlu. Terkadang, yang “cukup” memang benar-benar sudah cukup.