Home > Business > Nasihat Ahli Keuangan: Bahaya Menimbun Uang di Rekening

Nasihat Ahli Keuangan: Bahaya Menimbun Uang di Rekening

///
Comments are Off

Nasihat Ahli Keuangan: Jangan Timbun Uang di Rekening, Ini Alasannya!

Sejak kecil, kita semua diajarkan satu mantra keuangan yang sama: “Rajin menabung pangkal kaya.” Kita didorong untuk menyisihkan uang, memasukkannya ke dalam rekening tabungan di bank, dan melihatnya bertambah secara perlahan. Menabung dianggap sebagai sebuah tindakan finansial yang paling bijak dan paling aman. Namun, bagaimana jika saya bilang bahwa kebiasaan menimbun semua uang Anda di rekening tabungan justru adalah resep jitu untuk menjadi “miskin” secara perlahan-lahan? Adakah nasihat ahli keuangan yang tepat untuk kita?

Ada nasihat ahli keuangan yang mungkin terdengar kontradiktif namun sangatlah benar di era ekonomi modern. Menyimpan terlalu banyak uang tunai di dalam rekening tabungan dengan bunga yang sangat rendah adalah sebuah kesalahan finansial yang merugikan. Ada “musuh tak terlihat” yang diam-diam terus menggerogoti nilai dari hasil kerja keras Anda. Musuh itu bernama inflasi.

 

Musuh Tak Terlihat Bernama Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Sederhananya, inflasi membuat nilai uang Anda hari ini tidak akan sama dengan nilainya di masa depan. Uang Rp 100.000 hari ini mungkin bisa membeli 5 mangkok bakso. Lima tahun lagi, dengan uang yang sama, Anda mungkin hanya bisa membeli 3 mangkok bakso. Inilah yang disebut penurunan daya beli.

Sekarang, mari kita lihat rekening tabungan Anda. Bunga yang diberikan oleh bank pada rekening tabungan biasa sangatlah kecil, seringkali di bawah 1% per tahun, bahkan sebelum dipotong pajak dan biaya administrasi. Sementara itu, laju inflasi rata-rata di Indonesia bisa mencapai 3-5% per tahun.

Artinya, setiap tahun, uang yang Anda “amankan” di dalam rekening tabungan sebenarnya kehilangan daya belinya sebesar 2-4%. Anda tidak kehilangan uang secara nominal, tetapi Anda kehilangan “kekuatan” dari uang tersebut. Anda menjadi miskin secara perlahan tanpa Anda sadari.

 

Solusi Cerdas: Strategi Alokasi Dana ‘Tiga Keranjang’

Jadi, jika menimbun uang di rekening itu salah, apa yang harus dilakukan? Nasihat ahli keuangan modern sangat jelas: jangan menimbun, tetapi alokasikan. Uang Anda harus dibagi ke dalam beberapa “keranjang” atau pos yang berbeda, sesuai dengan tujuan dan jangka waktunya.

 

Keranjang #1: Dana Darurat (Likuiditas & Keamanan)

  • Tujuannya: Inilah jaring pengaman finansial Anda untuk menghadapi kejadian-kejadian tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, sakit parah, atau perbaikan rumah yang mendesak.
  • Jumlah Ideal: Setara dengan 3 hingga 6 bulan pengeluaran hidup esensial Anda.
  • Di Mana Harus Disimpan? Inilah satu-satunya pos di mana uang Anda harus disimpan dalam bentuk yang sangat likuid dan aman. Pilihan terbaiknya adalah di rekening tabungan biasa atau reksa dana pasar uang (RDPU). Tujuannya bukan untuk mencari untung, tetapi untuk memastikan dana bisa dicairkan kapan saja saat dibutuhkan.

 

Keranjang #2: Tujuan Jangka Menengah (Pertumbuhan Terukur)

  • Tujuannya: Untuk tujuan-tujuan keuangan yang akan Anda capai dalam 1 hingga 5 tahun ke depan, seperti mengumpulkan DP rumah, biaya pernikahan, atau dana liburan.
  • Di Mana Harus Disimpan? Menyimpannya di tabungan biasa adalah sebuah kesalahan. Anda membutuhkan instrumen yang bisa memberikan imbal hasil di atas laju inflasi, namun dengan risiko yang masih terkontrol. Pilihan yang baik antara lain:
    • Obligasi Ritel Negara (ORI/SBR/ST): Dijamin oleh negara, imbal hasilnya di atas inflasi.
    • Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT): Berisi kumpulan obligasi.
    • Emas: Secara historis, emas adalah pelindung nilai yang baik terhadap inflasi.

 

Keranjang #3: Investasi Jangka Panjang (Pertumbuhan Maksimal)

  • Manfaatnya: Untuk tujuan-tujuan yang sangat jauh di masa depan (di atas 5-10 tahun), seperti dana pensiun atau dana pendidikan anak.
  • Apakah Harus Disimpan? Di keranjang inilah Anda harus berani mengambil risiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan potensi imbal hasil yang paling maksimal. Karena jangka waktunya sangat panjang, Anda punya cukup waktu untuk melewati gejolak pasar. Pilihan utamanya adalah:
    • Reksa Dana Saham atau Indeks: Cara termudah untuk berinvestasi di pasar saham.
    • Saham: Membeli saham dari perusahaan-perusahaan yang Anda yakini memiliki fundamental yang kuat.

Mengubah mindset dari hanya menabung menjadi berinvestasi adalah salah satu langkah pertama untuk bisa menjadi kaya.

Untuk mendapatkan informasi dan edukasi mengenai berbagai produk investasi yang legal dan aman di Indonesia, situs web resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) – Sikapi Uangmu adalah sumber yang paling kredibel.

 

Nasihat Ahli Keuangan: Buat Uang Anda Bekerja untuk Anda

Pada akhirnya, nasihat ahli keuangan ini bukanlah untuk melarang Anda menabung. Menabung tetaplah penting. Namun, yang lebih penting lagi adalah menjadi seorang manajer yang cerdas bagi uang Anda sendiri. Berhentilah membiarkan uang Anda “tertidur” dan kehilangan nilainya di dalam rekening. Mulailah membangun sistem alokasi dana yang jelas, dan biarkan sebagian dari hasil kerja keras Anda ikut “bekerja keras” untuk Anda di pasar investasi. Dengan cara inilah, Anda tidak hanya akan melawan gerusan inflasi, tetapi juga benar-benar membangun jalan menuju kebebasan finansial yang Anda impikan.

You may also like
10 Startup yang Bangkrut dan Gagal, Dulu Terkenal Kini Tinggal
Komisaris CARS Jual Saham Rp 18,9 Miliar, Investor Perlu
Mengenal 4 Jenis Trader di Pasar Keuangan, Termasuk
Alasan Gen Z & Milenial Tetap Optimis Capai Tujuan Keuangan